Friday, November 12, 2010

Mourinho Seorang Psikolog Sejati


Jose Mourinho (c) AFP
Jose Mourinho (c) AFP


Spanyol mulai terkontaminasi dengan Jose Mourinho, setidaknya sebagian orang berpendapat seperti itu, tidak hanya apa yang telah ia lakukan diReal Madrid, namun seperti biasa ucapannya selalu menghadirkan cerita tersendiri di mana pun dia berada.
Setelah beberapa musim di Inggris, kemudian hijrah Italia, kini ia mulai meracuni Spanyol, di mana pun pelatih berjuluk The Special One ini bertugas selalu saja media di sana terusik dengan komen-komen Mou yang provokatif dan sering kali menghadirkan kontroversi.
Seorang presenter televisi Spanyol, suatu saat sempat mewawancarainya dengan pertanyaan yang cukup pribadi. Pria yang bernama Michael Robinson itu bertanya kepada Mou, "Apakah Istri Anda juga mencintai The Special One?"
Mou langsung menjawabnya, "Tidak, dia sama sekali tidak menyukainya,". Jelas bukan hanya istri Mou, kini orang-orang Barcelona pun pasti tidak suka ketika ia memutuskan menerima tawaran Los Blancos untuk menjadi arsitek mereka. Bukan karena track record Mourinho yang terkenal arogan, provokatif, ataupun immoral, tetapi karena rivalitas Barcelonitas dengan Madrid yang sudah berlangsung bertahun-tahun, bahkan sebelum Mou dikenal khalayak ramai.
Sejak Mou datang ke Spanyol pertama kali ia langsung berulah dengan mencari gara-gara. Ia menyebut juara bertahan Liga Spanyol itu superior karena sering kali bermain melawan klub yang hanya diperkuat 10 pemain mereka. Mou bermaksud menyindir Barcelona yang selalu diuntungkan karena lawan mereka sering dihadiahi kartu merah oleh wasit.
Entah sesungguhnya ia paham atau tidak dengan apa yang ia ucapkan, sebab faktanya dan memang sesungguhnya Madrid lah yang lebih sering bermain melawan 10 pemain lawan. Namun sebagai pelatih yang sangat detail, akan aneh mendapati Mou asal bicara. Ia pasti punya maksud tersembunyi.
Bukan hanya Barca sesungguhnya yang terganggu akan kehadirannya di La Liga. Pemain Levante, Juanlu, begitu geram dengan kata-kata pedas Mourinho hingga ia berujar, "Mourinho harusnya tutup mulut. Dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengganggu orang."
Mourinho menghujat pemain Levante yang ia nilai sengaja mengulur waktu dengan berpura-pura kesakitan saat menghadapi Madrid. Mou saat itu berseloroh, "Saya pikir mereka semua sudah mati, saya lega tidak satu pun mereka ada di rumah sakit, sebab saat itu sepertinya mereka sekarat,"
Sergio Ballestros, kapten Levante, turut menimpali ucapan Mou, "Saya pikir memang tidak salah menyebut Mou sedikit Bocazas!". Dalam bahasa Spanyol Bocazas berarti si mulut besar, hmm.. bukan julukan yang baru bagi Mou.
Apakah Mou benar-benar Bocazas atau tidak, pastinya tidak akan ada yang peduli di Madrid. Memang itulah caranya bermain, itulah sisi psikologis yang sepertinya menjadi keharusan baginya untuk meraih kesuksesan. Selama Madrid menang dan sukses tidak akan ada Madrisistas yang akan terganggu akan hal itu.
"Saya akan tetap menjadi Jose Mourinho," kata Mou pada saat hari pertama ia dikontrak Real. Para petinggi Madrid jelas bukan sekumpulan orang bodoh, sejak awal mereka sudah tahu memang itu cara Mou bekerja, yang terpenting dinantikan adalah gelar "Gentleman of a Club" jika ia mampu memberikan kesuksesan.

Mou Master of Mind Games (c) Getty
Suka atau tidak suka sebenarnya The Special One memang bagian tak terpisahkan bagi diri Mou, itu hanya sisi persona yang sengaja ia ciptakan demi menggapai kesuksesan bisa disebut ia ibarat psikolog sejati nan handal dengan perannya itu.

Seperti yang diucapkan Robinson, istri mou hanya mencintai Jose Mourinho, bukan sisi The Special One yang ia akui tidak selamanya ada dalam dirinya. Ia sendiri pernah bertutur akan hal itu, "Ketika memasuki ruang konferensi pers, maka saat itu permainan peran harus dimulai.".
Dari sini sesungguhnya bisa menjelaskan segalanya, Ia memang dibenci, namun beruntung sosok seperti dirinya tidak dijadikan lawan bagi Madrid, ia dirangkul dan dijadikan kawan dan tentu saja untuk berpihak pada mereka.
Mourinho tidak bisa dipungkiri adalah pribadi yang jenius. Seorang prajurit psikologis licik nan langka. Master seni kegelapan, seni yang ia mainkan dengan begitu istimewa.
Salah seorang editor Marca mungkin bisa dibilang jeli akan hal ini, dengan menyebut, "orang-orang yang menuduh dia orang yang sombong atau gila, harus mengingat sesuatu hal yang sangat penting, Mourinho tidak akan pernah melakukan apa pun tanpa ada kepentingan tertentu, pasti selalu ada alasan.".
Jika kita berpikir jernih untuk kasus ini, memang seperti itu bukan? Setiap actionpasti didasari oleh motif, hal yang kabur semacam ini lah yang bisa dimakan mentah-mentah oleh orang yang awam dan tak mengenal ilmu psikologis. Jelas sekali kita akan dibuat tersenyum jika menilai pola perilaku Mou ini, dia sengaja memainkan strategi psikologis ini.
Setiap kata, setiap gerakan, setiap adegan, telah direncanakan dengan kesempurnaan. Setiap hal kecil yang dilakukannya adalah sihir, setiap hal kecil mengarah kepada kemenangan, itulah yang ia coba lakukan.
Seringkali ia mengalihkan topik dengan komentar-komentarnya, ketika Madrid beberapa waktu yang lalu belum bermain produktif, ia lebih mengangkat topik lapangan Bernabeu yang ia sebut sebagai "ladang kentang", hal seperti itu jelas ada maksudnya, yaitu untuk menutupi sorotan kepada cara timnya bermain.
Sepertinya kata Master Mind Games layak disematkan padanya. Setiap langkahnya dianalisis dan ditafsirkan dalam kerangka tersebut. Tapi tidak semuanya sesuai kerangka itu, tidak semuanya masuk akal, tidak semua orang bisa melakukan hal seperti itu. Coba bayangkan jika pelatih lain bertingkah seperti dirinya, maka tidak akan bisa berwibawa bukan? Karena memang dibutuhkan kekuatan lebih untuk menghadapi tekanan jika ada yang ingin memilih gaya seperti dirinya.
Dia adalah manajer brilian. Dia adalah manajer pintar. Dan dia menggunakan media untuk mengirim pesan, untuk mengatur adegan, untuk menciptakan suasana. Dia telah membangun sebuah persona yang istrinya sendiri tidak suka tapi tampaknya sangat membantu meraih kemenangan.
Tapi persona yang ia ciptakan tersebut kadang tidak bisa ia kendalikan, persona yang menyatu menjadi bagian dari dirinya. Dan tentu itu tidak berarti bahwa setiap kata-katanya benar-benar direncanakan.
Kadang-kadang, alasan Mourinho adalah benar-benar sebuah alasan, kadang-kadang kemarahannya adalah benar-benar kemarahan, kadang-kadang tuduhan itu bukan taktik pintarnya tapi paranoia.
Dia juga manusia biasa. Tapi, sama seperti mereka yang ingin membencinya tidak mau melihat apa-apa kecuali sisi gelapnya, begitu pula mereka yang membelanya juga tidak melihatnya. Atau memang tidak ingin. Mereka lebih suka membayangkan dia sebagai mastermind, tak terkalahkan, yang tak dapat diubah, tenang, dan benar-benar memegang kendali.
Pemain-pemain yang pernah ia asuh pun mengakui dan bisa merasakan sisi psikologis yang Mou tanamkan, bahkan hingga kini mereka masih sering kehilangan jika mengingat apa yang pernah Mou berikan pada mereka.
Marco Materazzi tidak menutupinya, musim lalu ia terlihat menangis dan memeluk sang coach sesaat sebelum Liga Champions mereka menangi di Bernabeu.
Dejan Stankovic beberapa waktu yang lalu masih sempat bercerita tentang Mou setelah meninggalkan Inter. Ia bertutur, "Mourinho adalah psikologis hebat, ia bekerja begitu keras untuk skuad dan para pemain. Ia mengambil segalanya, tetapi sebaliknya ia juga memberikan banyak hal pada Anda."
"Ia memberikan pada Anda ruang dan waktu, meyakinkan bahwa Anda merasa penting setiap saat. Apakah Anda bermain atau duduk di bangku cadangan, Anda merasa penting bersamanya. Saya hanya bisa berterima kasih padanya atas apa yang ia lakukan untuk saya,"
"Saya melalui dua tahun yang hebat. Mungkin saya bisa tampil sedikit lebih baik, tapi saya puas dengan semua yang bisa saya berikan padanya," lanjut Stankovic.
"Mourinho luar biasa, karena ia membuat Anda merasa bersalah jika Anda tak memberikan segalanya, karena ia memberikan Anda semua dari dirinya dan menyentuh Anda dengan tekanan yang positif. Itu membuat Anda tak mau melepaskannya, bahkan satu centimeter sekalipun."
Mou mungkin sosok yang menyebalkan bagi orang di luar klub yang ia tangani dan cenderung tidak menyukainya, namun di klubnya ia menjadi bapak sekaligus sosok psikolog sejati nan handal.
Keahlian seorang psikolog secara umum adalah menganalisa perilaku dalam upaya untuk memahami karakter individu maupun kelompok. Lebih sederhananya segala hal yang terkait dengan perilaku manusia merupakan hal yang dipelajari olehnya, meliputi tiga aspek yaitu pikiran, perasaan, dan juga tingkah laku.
Itu yang diterapkan Mourinho dalam timnya, ilmu psikolog ia padukan ke dalam sepak bola, maka tak heran ia layak disebut sebagai Psikolog sejati

No comments:

Post a Comment